WELCOME
SELAMAT DATANG
Wednesday, November 9, 2011
buat apa kita kerja?????
Tulisan ini, terinspirasi dari beberapa obrolan dengan rekan-rekan seputar pekerjaannya, dan juga dari apa yang saya lihat dan rasakan. Tapi secara global, menurut saya ini adalah mengenai kehidupan.
Jika ada sebuah pertanyaan “Untuk apakah kita bekerja?”, jawabannya tentu bermacam-macam. Bisa untuk menyambung hidup, untuk mendapatkan penghasilan, untuk mendapatkan kehidupan yang layak, untuk menafkahi keluarga, untuk tabungan di masa tua, dan lain sebagainya. Semua jawaban yang bervariasi diatas, jika kita perhatikan, secara tersurat ataupun tersirat semuanya bermuara kepada satu hal, yaitu: bekerja demi pihak kedua (pihak kedua yang dimaksud adalah: istri, anak, keluarga, dan orang-orang terdekat). Sekalipun belum berkeluarga, namun tentunya pendapatannya akan disisihkan untuk mencari pasangan hidupnya dan lantas berkeluarga tentunya. Tetap bermuara pada “bekerja demi pihak kedua”, bukan?
Sebuah hal yang mulia, karena memang sudah kewajiban setiap manusia dewasa harus bekerja. Namun sayangnya, ternyata tidak sedikit orang yang terlena sehingga akhirnya malah mengorbankan pihak kedua yang dimaksud diatas demi pekerjaannya. Mudah-mudahan, tulisan ini bisa menginspirasi kita semua agar tidak menjadi seperti apa yang ditulis selanjutnya.
Perceraian karena kurangnya perhatian, anak-anak yang broken home karena kurangnya perhatian orang tua, rumah tangga yang berantakan karena kurangnya perhatian, ini sudah menjadi sebuah fenomena yang tidak asing bagi sebagian masyarakat di kota besar. Kenapa? Ada apa dengan “kurang perhatian”? Apa sebetulnya yang menjadi penyebab “kurang perhatian”?
Selain aturan-aturan baku yang wajib ditaati seseorang pada saat menjalankan pekerjaannya (seperti tidak boleh bolos, harus lembur, dsb), saya ingin mengajak anda untuk mengingat berapakah waktu yang anda sisihkan untuk pihak kedua anda?
Anda tentunya bisa berhitung. Mari kita sama-sama hitung waktu dari seseorang yang berusia 25 tahun, bekerja, dan sudah memiliki pasangan hidup.
Setiap hari terdiri dari 24 jam, digunakan untuk:
- Bersiap
- Berangkat
- Bekerja
- Pulang
- Beristirahat
- Tidur
Kita akan menghitung waktu dari jam 5 pagi, disaat terbangun. Bangun tidur, shalat, mandi, sarapan, dll. Kurang lebih memakan waktu 2 jam.
Berangkat kerja terhitung meninggalkan rumah hingga sampai tempat kerja, memakan waktu 1 jam.
Bekerja dimulai dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore, memakan waktu 9 jam.
Perjalanan pulang dari tempat bekerja hingga sampai ke rumah 1 jam.
Beristirahat, melakukan aktivitas rumah dari jam 6 sore hingga jam 9 malam, memakan waktu 3 jam.
Jam 9 malam tidur, dan kembali bangun jam 5 subuh keesokan harinya, memakan waktu 8 jam.
Jadi kita simpulkan:
- Bersiap memakan waktu 2 jam.
- Berangkat memakan waktu 1 jam.
- Bekerja memakan waktu 9 jam.
- Pulang memakan waktu 1 jam.
- Beristirahat memakan waktu 3 jam.
- Tidur memakan waktu 8 jam.
Silahkan anda lihat, waktu yang mana saja yang “efektif” bersama pihak kedua? 3 jam. Ya! Betul. 3 jam adalah waktu efektif bersama pihak kedua, karena pagi pada saat bersiap tentunya tidak efektif (sibuk sendiri), dan pada saat tertidur jelas tidak dapat berkomunikasi dengan pihak kedua.
Sedangkan untuk pekerjaan, 9 jam setiap hari, ditambah 2 jam perjalanan pergi-pulang, jadi total 11 jam.
Well, 3 jam vs 11 jam. Terjawab sudah salah satu alasan penyebab “kurangnya perhatian”. Anda mungkin berkata, “Lho, Sabtu dan Minggu kan libur? Waktu 100% buat pihak kedua dong?”. Betul. Tapi bukankah jika anda belajar setiap hari, tentunya akan lebih masuk ke ingatan anda dibandingkan “sistem kebut semalam”?
Berlaku adil lah pada pihak kedua atau orang-orang yang anda sayangi. Berikan perhatian, meskipun anda sedang di tempat pekerjaan anda. Sebuah SMS “Lagi apa? Sudah makan?” dari anda kepada pihak kedua anda, itu merupakan sebuah kata-kata yang sangat menunjukkan sebuah perhatian dan tentunya akan berdampak positif.
Jangan pernah lupa, apabila anda dalam keadaan tidak produktif, yang akan menemani dan mengurus anda itu bukan lah atasan anda, melainkan pihak kedua anda. Atasan anda hanya akan menengok sebentar sambil membawa buah-buahan, setelah itu pulang. Sementara yang menyuapi anda, yang menggantikan baju anda, yang me-lap tubuh anda, yang tetap terjaga ketika anda terlelap, semua itu adalah pihak kedua anda.
Akhir tulisan, saya ingin berkata satu kalimat, “Bersikaplah yang pantas kepada pihak kedua anda”.
Semoga bermanfaat!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment