WELCOME

SELAMAT DATANG

Tuesday, February 5, 2013

anjing2

Dalam Islam banyak cerita tentang
anjing. Nabi bahkan pernah memberikan
minum seekor anjing dengan alas
kakinya (sepatu). Di Jepang seekor anjing
ikut berdoa di sebuah kuil.
Oleh Rusdi Mathari
ANJING itu terlihat merapatkan telapak
kedua kaki depannya dan
mengangkatnya hingga mendekati
hidung, mirip dengan orang yang
memberikan salam sungkem ala Jawa.
Namun Conan, nama anjing itu, bukan
berasal dari Jawa. Ia adalah anjing milik
Joei Yoshikuni, seorang rahib di Jepang
dan ia tidak sedang melaksanakan salam
sungkem melainkan ikut “berdoa” di kuil
Jigenim.
Menurut Yoshikuni awalnya dia ingin
Conan melakukan meditasi dan dalam
beberapa hari Conan sudah bisa meniru
gerakan orang berdoa di kuil, meskipun
tidak bisa duduk bersila. “Dia mungkin
memperlihatkan rasa terima kasih
karena diberi makanan dan diajak jalan,”
kata Yoshikuni (lihat “Anjing
Ikut ‘Berdoa’ di Kuil Jepang,” BBC.com,
25 Maret 2008).
Seperti halnya lumba-lumba dan kera,
anjing memang termasuk binatang
pintar. Tingkat kecerdasan anjing
bergantung pada ras dan masing-masing
anjing secara individu. Anjing ras border
collie terkenal dapat mematuhi dan
menjalankan berbagai macam perintah.
Anjing ras lain mungkin tidak tertarik
untuk menuruti perintah manusia, tapi
lebih suka menunjukkan kepintaran
dalam soal mencuri makanan atau kabur
dari halaman berpagar.
Asal-usul anjing sebagai keturunan
serigala yang hidup berkelompok
membuat anjing jadi lebih mudah dilatih
dibandingkan hewan lain. Sebagai
anggota kelompok, anjing mempunyai
naluri untuk patuh. Sebagian besar
anjing memang sering tidak perlu
berurusan dengan tugas yang rumit-
rumit, sehingga tidak ada kesempatan
belajar hal-hal yang sulit seperti
membuka pintu tanpa bantuan manusia.
Anjing yang sudah dilatih sebagai anjing
penuntun bagi tuna netra dapat
mengenali berbagai macam keadaan
bahaya dan cara menghindar dari
keadaan tersebut.
Suatu hari sampailah Abdullah bin Jaafar
bin Abi Talib di sebuah kebun kurma dan
berhenti untuk beristirahat. Di tempat itu
Abdullah bertemu dengan lelaki berkulit
hitam, penjaga kebun kurma yang
mengeluarkan bekal makanan berupa
tiga potong roti. Tiba-tiba seekor anjing
datang menghampiri penjaga kebun itu
dengan lidah terjulur sembari sesekali
menyalak.
Melihat itu, penjaga kebun lalu melempar
sepotong roti ke arah si anjing dan anjing
itu langsung melahapnya. Ketika roti itu
habis, anjing tadi masih menjulurkan
lidah dan si penjaga kebun kembali
melempar sepotong rotinya kemudian
kembali dimakan oleh si anjing. Kejadian
itu berlangsung terus, hingga roti ketiga
milik si penjaga habis.
Abdullah yang sejak tadi berdiri
memperhatikan kejadian itu terpana. Dia
mendekati penjaga kebun lalu
bertanya,” “Wahai anakku, berapa
banyakkah makananmu sehari di tempat
ini?”
“Tiga potong saja yang kesemuanya telah
dimakan anjing tadi,” jawab si hamba.
“Mengapa engkau berikan semua
kepada anjing itu? Dan engkau sendiri
akan makan apa?” tanya Abdullah.
“Wahai tuan. Tempat ini bukanlah
kawasan anjing. Jadi aku yakin dia
datang dari tempat yang jauh, sedang
bermusafir dan tentu dia sangat lapar.
Sedang aku sendiri, biarlah tidak makan
hari ini sehingga esok.”
Mendengar itu, Abdullah
berseru, “Subhanallah. Engkau begitu
mulia.”
Abdullah adalah putra Jaafar bin Abi
Talib. Nabi membaiat Abdullah ketika dia
baru berumur 7 tahun. Pada masanya
dia dikenal sebagai orang dermawan dan
seluruh hartanya hanya dihabiskan untuk
disedekahkan kepada kaum tak mampu.
Namun seorang penjaga kebun dan
seekor anjing telah memberikan
pelajaran baru bagi Abdullah. Dia lantas
membeli seluruh kebun anggur itu dan
memberikan seluruhnya ke si penjaga
kebun.
Dalam Islam banyak cerita tentang
anjing. Diceritakan di dalam Al Kahfi
seekor anjing telah dijamin oleh Allah
untuk masuk surga karena setia menjaga
tuan mereka. Nabi Muhammad saw.
menceritakan kepada para sahabat kisah
seorang pelacur yang akan menjadi
penghuni surga hanya karena pernah
memberikan minum seekor anjing yang
menjelang mati. Namun kebanyakan
orang Islam selalu menghindari anjing
karena dianggap sebagai binatang najis

No comments:

Post a Comment